Labels

Sabtu, 03 Desember 2011

Tentang Orang Pinggiran

For       : Ladies and Gentleman who want to learn about existence, who want to understand about struggle, who want to be a strong person, and who need an inspiration to change your life to be colored, strong and interesting


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
            Saat mencoba menulis artikel ini, sembari mengingat-ingat kejadian  itu, saya menitikkan air mata. Tak banyak keterlibatan saya di kala itu, saya hanya bisa berdoa semoga anak kecil yang tegar itu bisa menjalani hari-harinya yang sungguh indah :). Ini saya anggap sebagai kado ulang tahun terindah saya pada 7 Desember nanti. (Baca yaaaa ^_^)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Latar    :
-          Tempat            : Trotoar dekat parkiran PM Surabaya dari arah McD
-          Waktu              : Sabtu, 3 Desember 2011. Kira-kira pukul 15.00 WIB
-          Suasana           : -
Penokohan       :
  1. Anak kecil                              : Luar biasa tegar (tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata)
  2. Helga dan teman-teman          : Baik hati
  3. Segerombolan anak laki-laki    : Baik hati
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita   :
            Pagi yang cerah, kemarin aku dan anak ‘semut’ sudah membuat janji berangkat bersama ke PM Surabaya untuk melaksanakan tes akuatik. Pukul 07.30 WIB kami sudah bekumpul semua di sekolah kami tercinta, SMAN 15 Suabaya. Banyak sekali polisi yang berjaga di Jalan A.Yani arah Royal membuat kami harus mengambil jalur kiri.
Sesamapinya di PM, kami diam terpaku karena banyak sekali yang akan melaksanakan kagiatan akuatik. Terhitung 3 sekolah, mungkin lebih. Aku dan Densy berjalan menuju McD dan membeli dua gelas softdrink dingin sambil menunggu tiket dibeli.
           Kami ber-delapan masuk kolam renang bersama (Helga, Vivi, Densy, Devita, Faza, Fitri, Fitria, Faiz). Segera kami mengambil tempat dan berganti baju. Tanpa pemanasan terlebih dahulu, kami langsung melaksanakan latihan dan tes akuatik renang gaya bebas crowl pertama kami. Alhamdulillah nilai kami bagus-bagus ^_^. Dan seperti biasanya, kami langsung mengambil jalur waterboom dan membuat kereta seluncur (Helga, Devita, Faiz, Kinta, Fitria, Levina, Shofi).
          Niat ingin bilas dan ganti baju kami urungkan karena masih sangat antre. Aku dan Vivi kembali ke kolam dan beretemu Faza dan Fitri yang sedang bermain seluncur bajak laut. Lama sekali kami bermain, akhirnya kami main waterboom lagi -____-.  Bosan, kami menuju tepi kolam pantai dan bertemu Devi yang tiba-tiba bercerita tentang Mas Lampu Neon 2. Setelah itu kami keluar kolam, bilas, dan ganti baju. Setelahnya, kami (Helga, Vivi, Devi, Faza, Fitri) menuju McD. Aku pesan menu mantap panas reguler + McFlury caramel, Vivi pesan menu mantap beef burger, Devi pesan menu mantap beef burger + McFlury caramel, Faza pesan menu mantap panas regular, dan Fitri pesan menu panas sedang. Kami mengambil tempat pojok karena bangkunya paling luas. Sesaat setelah kami selesai makan, hujan deras turun yang membuat kami tidak bisa pulang. Akhirnya aku dan Devi memanfaatkan wifi untuk download game tapi sayangnya gagal.
             Berjam-jam kami menunggu akhirnya hujan reda juga. Semuanya sudah pulang, hanya aku dan Faza yang masih mbulet mau pulang atau masih mau nampang muka di Mcd. Kita pun melewati jalan yang becek. Sesampainya kita di jalan paving, peristiwa itu terjadi dan memakasa kami terlibat di dalamnya.
           Hampir saja aku dan Faza sampai di parkiran motor, kami berbarengan dengan segerombolan anak remaja cowok yang menurutku baik hati. aku, Faza, dan segerombolan remaja coeok itu, mendengar ada yang berbicara dengan berteriak. Aku tak dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan seseorang yang berteriak itu. Aku bahkan tidak tau dimana orang itu berada. Segerombolan anak cowok itu bersahutan,
“He sakno lho, rek!”
“Iyo, tukuen iku sakno!”
            Sampai pada akhirnya aku menoleh ke arah orang itu. Jleb! Ya Allah…. Dia masih begitu kecil, badannya kurus, kulitnya coklat. Seperti anak laki-laki umur 7 tahun. Anak laki-laki itu duduk sendirian di atas trotoar, dengan punggung yang disandarkan pada tiang bewarna silver. Dia memakai jas hujan mungil, kuingat warnanya kuning. Badannya menggigil kedinginan, menggigil dengan luar biasa, benar-benar luar biasa. Masih tersisa disebelahnya kubangan air bekas hujan. Kulihat di depannya ada sebuah tempeh yang ditutup plastik.
          Sungguh rasanya aku ingin menangis. Aku menoleh ke arah Faza, “Kasihan anak itu, Za.”
          Gerombolan remaja cowok itu berhenti, aku dan Faza juga ikut berhenti. Salah satu dari gerombolan remaja cowok itu pun menghampiri anak kecil itu, dan yang lainnya berteriak, “Ojok di kek i duwek, duduk pengemis iku. Arek iku dodolan.”
            Remaja cowok itu membeli beberapa dari yang dijual anak keciil itu, dan menyahuti temannya, “He, iki lho sewuan. Tuku o, rek!” akhirnya teman-temannya yang lain menghampiri anak kecil itu, dan sepertinya juga membeli, atau hanya memberi anak itu uang tanpa mengambil apa yang dijualkan anak kecil itu.anak kecil itu berterimakasih sebanyak-banyaknya. Salah satu dari mereka berkata, “Yo ikulah rek seng jenenge golek duwek iku susah. Kita ae yang minta orang tua sek di sia-siakan. Sakno arek iku, golek duwek sampe kademen koyok ngono.”
            Aku meminta pendapat Faza, dan kami menghampiri anak kecil itu. Di dompetku hanya ada uang 2000 rupiah, aku berikan semuanya ke anak kecil itu dan mengambil ote-ote. Faza hanya ada uang 500 rupiah, dan diberikan ke anak itu. Perlahan aku dan faza berbalik arah menuju anak kecil itu. Semakin dekan semakin jelas teriakanny, “JAJAN SEWUAN! JAJAN SEWUAN!” serunya. “Jajan, Mbak?” Tanya anak itu. Aku segera memberikan uang 2000 ku pada anak kecil iru. Badannya benar-benar menggigil luar biasa, kaku, pucat, tapi dikuatkan hanya untuk mendapatkan uang. “Ada kreseknya, Dik?” tanyaku. “Ada, Mbak. Ada….” Jawabnya sabil berusaha berdiri untuk mengambil kresek. Bruk! Anak kecil itu terjatuh ke kubangan air saat berusaha berdiri. Badannya yang kecil dan menggigil itu sepertinya sudah tidak kuat berdiri lagi. Aku dan Faza berusaha membantu. “Ya Allah, Dek. Nggak papa ta?” Anak kecil itu berusaha berdiri, badannya kaku. Uangnya berceceran di kubangan, basah, dia berbisik, “Lho duwek e teles, lho teles, lho teles…..” Ia berusaha mengambil uangnya yang jatuh ke kubangan air itu dan memasukkan ke dalam tas kecilnya. Di ambilnya kresek bewarna biru muda, dan ia berkata, “Jajannya dingin nggak papa ya mbak ya, dapet dua. Ini ada gorengan, tahu isi, ote-ote…..” aku menjawab “Iya dek nggak papa. Ote-ote aja, ambil sendiri ya….” “Iya, Mbak.” Jawabnya sambil memberikan kresek biru itu. Langsung aku buka plastik penutup tempeh itu, aku ambil dua buah ote-ote dan memasukkannya ke dalam kresek. “Makasih ya mbak ya, makasih, makasih…..” Rintihnya. “Iya sama-sama, Dek…” Sejenak aku memandang anak kecil itu duduk di pingir trotoar, dan berbalik arah menuju parkiran. Tetapi aku dan Faza kembali lagi ke anak kecil itu, faza memberikan uang 500 rupiahnya, “Ini dek tak kasih uang, tapi cumin lima ratus….” Anak itu menerimanya, “Makasih ya, Mbak…” Terdengar lagi teriakan anak itu dengan sangat lantang, “JAJAN SEWUAN! JAJAN SEWUAN! JAJAN SEWUAN!” Aku berdoa ya allah semoga yang dijual anak itu laku semua, biar nggak kedinginan lagi….. amin…..
            Sambil berjalan mencari motor, faza mencicipi ote-ote yang dibeli dari anak kecil itu. “Hel, Hel nyobak Hel.” Setelah dimakan, dia berkomentar, “Rasanya lho kayak roti.” Dan kami pulang. Di perjalanan, banjir luar biasa. Ketintang selalu banjir kalo hujan, kapan ya nggak banjir. Itu membuat Faza harus mengganti sepatunya karena basah, dan motor kami mengeluarkan asap.
            Sesampainya di rumah, aku menceritakan semua kejadian itu ke ayah dan bundaku sambil makan ote-ote. Malamnya, aku membuat cerita tentang anak kecil itu. jujur, andaikan di dalam dompetku dan Faza masih tersisa uang, akan kami berikan pada anak kecil itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jadi teman-teman, apa amanat yang dapat kita ambil dari cuplikan kisah hidup anak kecil penjual gorengan tadi? Mungkin kalian menganggap cerita ini tidak penting, tapi sungguh, suatu saat akan ada hari dimana kalian akan merasakan suatu kepahitan hidup yang akan membuat kalian harus mengorbankan sesuatu untuk mempertahankan sesuatu yang kalian sayangi, butuhkan, inginkan, dan lebih berharga dari sesuatu yang kalian korbankan.
Yang mau nyumbangin komentarnya tak doain dapat pahala. AMIN ALLAHUMMA AMIN :) #maaf kalo judul, bahasa, dan titik komanya gak beraturan# terimakasih ^_^v

NB : Nama dan tempat telah disamarkan
Story By : A.H.F

0 comment:

Posting Komentar

Followers