Rasulullah Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa menyingkirkan gangguan dari jalan kaum Muslimin, maka akan dicatat untuknya satu kebaikan, dan siapa saja yang diterima darinya satu kebaikan maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhari dan ad-Dhiya al-Muqdisi, dari Ma’qil bin Yasar ra).
Amalan 2: Menyingkirkan Gangguan di Jalan
Menyingkirkan gangguan dari jalan jelas lebih ringan dari bersedekah susu karena tidak membutuhkan dana atau tenaga yang besar. Kendati ringan, amalan ini dapat mengantarkan pelakunya menuju surga sebagaimana disebutkan di dalam hadits di atas, juga hadits-hadits yang akan kami paparkan dalam pembahasan selanjutnya.
Di antara bentuk-bentuk tindakan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sebagai berikut:
- Memotong ranting pohon yang menggangu para pengguna jalan.
Seorang muslim hendaknya memotong ranting-ranting pohon yang melintang di atas badan jalan. Karena mengganggu para pengguna jalan. Rasulullah saw. bersabda, “Ada seorang lelaki melewati sebuah ranting pohon yang melintang di atas badan jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allah, aku akan memotong ranting ini agar tidak mengganggu kaum Muslimin.’ Maka, ia pun dimasukkan di dalam surga” (HR. Muslim).
Jadi, seorang muslim hendaknya memiliki kepekaan diri sehingga ketika melihat ranting-rantingnya pohonnya telah melintang di atas badan jalan, ia bersegera memotongnya agar tidak mengganggu kaum muslimin. Apabila pohon itu milik tetangganya, maka hendaknya ia meminta izin atau cukup memberi tahu terlebih dahulu kepada pemiliknya, sebelum memotong ranting tersebut agar tidak terjadi fitnah saat memotongnya.
- Menebang batang pohon yang tumbuh di tepi jalan dan menggangu para pengguna jalan.
Siapa saja melakukan tindakan ini, maka dengan izin Allah ia pun akan masuk surga. Rasul saw. bersabda, “Sungguh aku melihat seorang laki-laki tidur-tiduran di dalam surga karena telah memotong sebatang pohon yang tumbuh di badan jalan yang mengganggu kaum Muslimin” (HR. Muslim).
- Memindahkan batang pohon yang mengganggu para pengguna jalan ke tempat yang tidak mengganggu.
Jika memungkinkan, seorang muslim hendaknya memindahkan pohon itu ke tempat yang aman dan tidak menebangnya. Sebab, membiarkan hidup di tempat yang tidak mengganggu banyak orang jauh lebih baik di bandingkan menebangnya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra bahwasannya ia berkata, “Ada sebatang pohon yang mengganggu kaum muslimin, lalu ada seorang lelaki yang menjauhkannya dari jalan itu, lalu Nabi saw. bersabda, ‘Sesungguhnya aku telah melihatnya tidur-tiduran di bawah naungan pohon itu di surga’” (HR. Ahmad).
- Menyingkirkan batu dari jalan.
Diriwayatkan bahwa Mu’adz melakukan perjalanan bersama seorang lelaki. Mu’adz mengangkat sebuah batu dari jalan. Orang itu pun bertanya, “Mengapa engkau melakukan hal ini?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja mengangkat sebuah batu dari jalan, akan dicatat untuknya suatu kebaikan. Dan siapa saja yang dicatat untuknya suatu kebaikan, maka ia akan masuk surga” (HR. Thabrani).
- Menyingkirkan sobekan kertas yang bertuliskan ayat al-Qur’an, hadits Nabi saw, atau asma Allah swt. dari jalan.
Keberadaan sobekan-sobekan kertas ini mengusik perasaan kaum muslimin dan mengantarkan mereka pada dosa yang besar kalau sampai mereka menginjak atau menendangnya. Jadi, seorang muslim wajib memungut lembaran atau sobekan kertas ini dan meletakkannya di tempat yang terhormat atau membakarnya agar tidak jatuh ke tempat yang tidak semestinya.
Dikisahkan bahwa Bisyr al-Hafi, seorang ulama yang sangat terkenal pernah berjalan melintas sebuah jalan di kota Baghdad. Lalu ia melihat kertas itu ternyata terdapat tulisan asma Allah swt. Setelah memungutnya, ia membeli minyak wangi seharga satu dirham dan memercikkannya pada lembaran kertas yang bertuliskan Asma Allah, lalu meletakkannya di tempat yang aman. Dalam tidurnya, ia mendengar suara yang berbicara kepadanya, “Kamu telah memberi wewangian pada namaKu, sungguh Aku akan mengharumkan namamu di dunia dan di akhirat” (Tamam al-Minnah,11).
- Menyingkirkan semua gangguan dari jalan yang di lewati kaum Muslimin, seperti paku, kayu, duri, sampah dan apapun yang mengganggu kaum Muslimin.
Diriwayatkan bahwa kakek Mu’awiyah bin Qurrah berkata, “Aku pernah berjalan bersama Ma’qil bin Yasar di sebuah jalan, lalu kami melewati sebuah gangguan di jalan, dan ia kemudian menyingkirkannya. Ketika melihat gangguan seperti itu, aku pun menyingkirkannya. Lalu, ia memegang tanganku seraya bertanya, ‘Wahai keponakanku, apa yang mendorongmu melakukan hal yang kamu lakukan?’ Aku menjawab, ‘Wahai paman, aku melihatmu melakukan hal itu, maka aku pun melakukan seperti yang telah engkau lakukan.’ Lalu ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja menyingkirkan gangguan dari jalan kaum muslimin, maka akan dicatat untuknya satu kebaikan, dan siapa saja diterima darinya satu kebaikan, maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhari).
Dalam hadits yang lain, Rasul saw. bersabda, “Dipampang di depanku semua amalan umatku baik yang baik maupun yang buruk. Lalu aku mendapati di antara amal kebaikan mereka adalah gangguan yang disingkirkan dari jalan, dan aku mendapati di antara amal keburukan mereka adalah dahak yang diludahkan di masjid dan tidak memendamnya” (HR. Muslim).
Semoga, pemaparan mengenai tindakan menyingkirkan gangguan dari jalan ini menjadi motivasi bagi kita untuk senantiasa menghadirkan kenyamanan bagi saudara-saudara sesama muslim di tengah perjalanannya agar mereka bisa pulang ke rumahnya dengan selamat tanpa mengalami gangguan sedikit pun.
Kelak, di akhirat –dengan izin Allah- kita menjadi orang yang paling nyaman di surga dan bersantai ria di taman-taman surga berkat amalan yang telah kita lakukan: menyingkirkan duri atau ranting dari jalan. Amin. (diolah dari Amalan-amalan Ringan Pembuka Pintu Surga, Fakhruddin Nursyam, Penerbit Uswah [Kelompok Pro-U Media], 2007, Jogja).{}
0 comment:
Posting Komentar