“Ayah, apa benar ummat Islam di Indonesia mayoritas?”
“Kalau dilihat dari jumlah shaf salat Jumat sih, rasanya benar mayoritas. Tapi kalau dilihat dari shaf salat Subuh, mestinya ya minoritas.”
“Loh, ayah ini. Aku tanya serius kok dijawab guyonan!?” protes Irvan.
“Ayah serius. Sebab indikator orang Islam itu ya salatnya!”
“Tapi kan tidak semua laki-laki salat di masjid. Mungkin salat di rumah.”
“Ya sudah. Memangnya ada ada sih? Kok kayak petugas sensus penduduk saja!”
“Bukan. Sekarang kan banyak diangkat isu mayoritas menekan minoritas, sehingga lahir gerakan melindungi minoritas. Setahuku, umat Islam mayoritas kan hanya di beberapa wilayah. Di daerah lain di Indonesia, umat Islam minoritas.”
“Sebaiknya berhati-hati dengan isu itu. Jangan sampai terjebak upaya membenturkan mayoritas – minoritas dengan dalih yang minoritas harus dibela. Sebab kalau yang minoritas tidak dibela, disebut diktator mayoritas. Pokoknya yang mayoritas harus mengalah dan wajib kalah. Kalau perlu dicari-cari kesalahannya untuk disalah-salahkan!”
“Ayah, masak sih sebegitu parahnya?!”
“Itulah akal busuk pembenci Islam, pembenci nilai-nilai ketuhanan. Kelicikan seperti itu sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah masih berjuang menegakkan nilai-nilai Islam. Di zaman modern, kelicikan seperti itu kembali dilakukan. Pengeboman menara kembar WTC serta merta diasosiasikan dengan gerakan Islam. Rakyat Irak dan Afghanistan yang berjuang mengusir tentara asing dari negerinya disebut Islam garis keras atau kaum radikal.”
“Nanti kalau Khadhafi, Presiden Libya itu melawan dengan perang gerilya karena kekuatan perang yang memang tak berimbang, Barat akan menyebut perlawanan itu sebagai gerakan teroris dan menyalahkan ajaran Islam. Persis seperti cara Barat memandang orang Palestina yang berjuang membebaskan diri dari penjajahan Israel, Barat menyebutnya teroris dan itu Islam.”
“Betul juga. Tapi mengapa Belanda yang menjajah Indonesia selama 300 tahun, agama kaum penjajah itu tak dibawa-bawa?! Kalau Presiden Amerika, Barack Obama dan Presiden Perancis dan Inggris berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat Libya, juga tak disebut-sebut agamanya?! Mengapa ya!?”
“Agama yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaimana yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme orang non-Islam.”
“Negara-negara Muslim dipaksa menganut paham demokrasi dan harus tutup mata terhadap kecurangan informasi media massa Barat atas kenyataan dan fakta dunia Islam.”
“Seolah-olah orang Barat itu punya hak khusus dari Tuhan untuk melihat Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah cukup dari sudut pandang mereka.”
“Jangan salahkan umat Islam kalau menolak itu. Sebab siapapun tahu yang mereka gembar-gemborkan, yang mereka paksakan hanyalah buah pikiran manusia yang penuh dengan kelemahan. Sementara apa yang diperjuangkan umat Islam bersumber sepenuhnya dari nilai-nilai Ilahiah. Dari yang Mahagung, Yang Mahatahu. Dari yang menciptakan manusia. Bagaimana mungkin yang mencipakan dikalahkan oleh yang diciptakan.”
“Kan tidak salah kalau orang menolak nilai-nilai yang ditawarkan Amerika karena orang muak terhadap kelakuan Amerika di berbagai belahan dunia.”
“Amerika Serikat sewot terhadap negara Islam yang memiliki nuklir sementara pada saat bersamaan mereka menggunakan tenaga nuklir.”
“Tapi Amerika punya alasan. Dia tidak mau nuklir jatuh di angan orang yang tidak bertanggung jawab!”
“Bukankah justru Amerika lah yang sudah tercatat sejarah menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki Jepang, merenggut ribuan nyawa dan menimbulkan bencana berkepanjangan sampai saat ini. Iran misalnya, belum pernah menjahili negara lain!”
“Di negeri kita ini, akibat buruk dari pornografi sudah sangat terasa. Tengok saja kasus penculikan dan perdagangan anak gadis, merebaknya bisnis narkoba, ledakan penderita HIV-AIDS, dan bisnis pelacuran. Tapi UU antipornografi terus menerus diusik karena bau Islamnya kelewat terasa.”
“Kasus korupsi di Indonesia juga tak tersentuh, bahkan kualitasnya meningkat dengan jumlah uang yang dirampok mencapai miliaran rupiah bahkan triliun. Tapi usul hukuman potong tangan koruptor serta merta ditolak hanya karena itu berbau Islam.”
“Pokoknya apa saja, kalau menonjol Islamnya, dicap primordial, tidak universal,
bodoh, ketinggalan zaman, tidak memenuhi kualitas estetik, tidak modern, dan tidak bisa masuk peradaban dunia.”
“Saya khawatir perlakuan curang atas Islam akan mengendap menjadi gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam.”
“Tidak perlu terlalu cemas selama kaum Muslimin tidak terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem peradaban culas yang disponsori kaum kafir itu. Sebab cahaya Islam hanya mungkin ditutupi dan digelapkan oleh orang Islam sendiri.”
“Percayalah, Allah akan tetap menjaga bersinarnya cahaya Islam meski kaum kafir berusaha mengotorinya. Lihat saja bagaimana antusiasme orang di Amerika mempelajari dan tertarik pada Islam. Itu terjadi justru setelah Barat memfitnah Islam dengan isu terorisme!”{}
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comment:
Posting Komentar