Labels

Kamis, 06 Oktober 2011

Dai & Imam Masjid Bawa Oleh-oleh Alquran Terjemah

Berdasar penelusuran Ar Rahman Quranic Learning (AQL) Center Jakarta, diperkirakan hanya 12 % umat Islam yang memiliki Al Quran terjemahan. Tentu saja ini menunjukkan kurangnya umat Islam memperdalam makna kitab sucinya. Karena itu, setiap tahun YDSF Surabaya membuka program wakaf Al Quran terjemahan dan mendistribusikannya ke sejumlah kelompok masyarakat yang sangat membutuhkan.

Bertepatan dengan rapat koordinasi Program Dai Desa (PDD) dan Program Imam Masjid (PRIMA) akhir September lalu, Bidang Dakwah & Masjid YDSF Surabaya membekali para dai dan imam Alquran terjemahan. Masing-masing dai/imam masjid mendapat 10 eksemplar Al Quran terjemahan. Ini sebagai bentuk upaya membumikan Al Quran dan memberantas buta Al Quran. Jumlah dai PDD sebanyak 45 orang, sedangkan imam masjid PRIMA 19 orang. Sehingga total Al Quran yang didistribusikan melalui dai/imam 640 eksemplar.

Al-Quran ini merupakan bagian dari 2.000 Al Quran wakaf dari para donatur dan masyarakat yang terhimpun YDSF Surabaya selama 2011. Untuk wakaf Al Quran terjemahan senilai donasi Rp 50 ribu/eksemplar, sedangkan wakaf Al Quran Braille Rp 60 ribu/juz. Al Quran Braille ini khusus untuk saudara-saudara kita yang punya kelemahan penglihatan (tunanetra).


Sutaji, dai Desa Pataan, Lamongan

Tentu wakaf ini merupakan oleh-oleh yang sangat berharga. Menurut Sutaji, dai PDD di Desa Pataan, Sambeng, Lamongan, Al Quran terjemahan seperti ini sangat menunjang aktivitas majelis taklim di wilayah dakwahnya. “Terjemahan seperti ini jarang dijumpai di masyarakat pelosok. Selain memang daya baca yang rendah, tingkat ekonomi juga menjadi faktor penyebabnya. Tentu wakaf ini benar-benar terasa manfaatnya. Alhamdulillah, seingat saya ini sudah ketiga atau keempat kalinya kami mendapat Al Quran wakaf YDSF Surabaya,” jelasnya.


Asbu, dai Pulau Talango

Hal senada diungkapkan Asbu, dai PDD di Desa Palasa, Pulau Talango, Sumenep. Ia menceritakan bahwa Al Quran terjemahan seperti ini cukup jarang dijumpai di masyarakat pedesaan. “Kalau pun ada, hanya fotokopian. Itu pun tidak jelas hurufnya. Kami bersyukur bisa membawa oleh-oleh ilmu seperti ini. Semoga bermanfaat,” dai yang wilayah dakwahnya berada di kepulauan tenggara Kalianget ini.

Karena terbatasnya Al Quran dibanding jumlah jamaah, para dai dan imam masjid membagikan Al Quran kepada mereka yang punya kemauan kuat untuk belajar atau juga kepada ketua kelompok pengajiansaja. “Yang benar-benar berkomitmen saja yang kami beri. Sehingga termanfaatkan dengan optimal, supaya tidak nggangur atau cuma ditaruh di lemari saja,” tandas Sutaji.{}

0 comment:

Posting Komentar

Followers