Labels

Kamis, 06 Oktober 2011

Memperhatikan Postur

Rasulullah Muhammad saw. memberi tuntunan untuk berganti posisi saat kita emosi. Jika kita marah dalam posisi berdiri, maka dianjurkan untuk mengambil posisi duduk. Begitu pula saat kita duduk, maka dianjurkan untuk mengambil posisi berbaring. Diharapkan dengan bergantinya posisi kita, maka emosi dan amarah kita lebih mudah dikendalikan.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah tuntunan Rasulullah saw. ini mudah untuk kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari? Kita harus mengakui mungkin banyak dari kita telah mengetahui tuntunan ini. Tetapi pada satu sisi, mungkin juga sangat sedikit dari kita telah mempraktikkannya saat emosi benar-benar memuncak. Minimal terdapat dua hal yang menjadi alasan mengapa kita agak sulit mempraktikkan tuntunan ini:
Tuntunan Rasulullah saw. tentang amarah ini seringkali disampaikan hanya secara lisan dengan hanya melibatkan aspek berpikir anak. Sementara seseorang tidak akan mampu berpikir dengan jernih saat telah tiba amarahnya. Sehingga saat tiba marah seorang anak betul-betul tidak ingat sama sekali tentang tuntunan marah ini, sampai saat emosi sudah reda maka seorang anak baru menyadari dengan pikiran jernih bahwa dirinya telah melakukan hal-hal yang tidak terkendali sebelumnya.
Kita tidak pernah dididik untuk mengidentifikasi tanda-tanda datangnya emosi pada tubuh kita. Seseorang yang datang amarahnya biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan pada tubuhnya. Seperti telinga yang terasa lebih hangat dari biasanya, mata berkunang-kunang, jantung berdegup lebih kencang, dan lain-lain. Dengan dididik untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda datangnya emosi, maka kita dapat melakukan beberapa hal yang dapat mengurangi dampak marah lebih hebat lagi.

Bagi orang tua, apa yang dapat diambil dari tuntunan Rasulullah saw. tentang emosi ini? Suatu hari saya meminta anak kedua saya (usia 6 tahun) yang telah menyelesaikan permainan pertamanya untuk merapikan peralatan bermain sebelum mengambil peralatan bermain kedua. Permintaan saya pertama, kedua, bahkan ketiga tidak mereka respon dengan baik. Bahkan bahasa tubuhnya menunjukkan bahwa ia tidak senang dengan permintaan tersebut.

Melihat kondisi ini maka saya mengangkat anak saya dengan lembut untuk saya dudukkan di atas kursi dan saya mengambil kursi yang lain untuk duduk di depannya. Posisi kami berhadap-hadapan dengan tinggi postur yang hampir sama dengan anak dan pandangan mata langsung ke matanya. Kemudian saya berkata dengan lembut dan tegas. “Adik boleh bermain dengan permainan baru, jika permainan yang lama telah dikembalikan pada tempatnya. Abi/Ayah akan membantu Adik merapikannya.”

Subhanallah, anak tersebut dengan penuh kesadaran langsung memulai merapikan permainannya – tentunya dengan pertolongan orang tuanya- tanpa bantahan dan bahasa tubuh yang lebih menerima.

Apa rahasia di balik cerita di atas sehingga dia lebih menerima omongan saya tanpa bantahan? Di antaranya adalah:

1. Pindah posisi mengurangi kadar emosi

Berpindahnya postur anak dari berdiri saat main menuju duduk sangat mengurangi tingkat bantahan anak terhadap permintaan kita. Sebagaimana seseorang yang emosi dalam posisi berdiri akan lebih mudah turun emosinya jika berganti posisi menjadi duduk.

2. Posisi sejajar terkesan lebih egaliter

Posisi badan yang sejajar antara orang tua dan anak akan membuat anak lebih mudah menerima apa yang disampaikan oleh orang tuanya. Ia merasa bahwa orang tuanya sangat menghargainya.

3. Face to face indikasikan keseriusan

Pandangan yang lembut langsung ke mata anak menunjukkan orang tua sedang bersungguh-sungguh terhadap apa yang sedang disampaikan.

4. Suara lembut akan menurunkan tensi

Suara yang rendah dan tenang dari orang tua kepada anak akan mendorong anak untuk tidak melakukan bantahan terhadap perkataan orang tuanya.

Berikut ini beberapa tips tambahan yang terkait dengan memperhatikan postur saat berbicara dengan anak:
Menurunkan tubuh setinggi anak
Menatap mata anak dengan lembut
Mengusap punggung atau perut (hanya saat anak terlihat kurang tenang)
Mengubah nada suara, berkata dengan suara tegas tetapi lembut
Mengulangi apa yang dikatakan oleh anak
Memberi kesempatan anak untuk menyampaikan isi hatinya hingga selesai tanpa sela
Mempertahankan ketenangan saat menyampaikan isi pembicaraan.{}

0 comment:

Posting Komentar

Followers